Setelah sukses dengan film "Sang Pencerah", Hanung Bramantyo kembali membuat film bertema toleransi beragama.
"Film ini dibuat karena saya melihat keadaan kehidupan beragama saat ini, kasus penusukan dan tidak bisa beribadahnya seseorang umat agama tertentu, menjadi bahan saya membuat film ini,"ujar Hanung Bramantyo kepada sejumlah wartawan, ditemui di Gandaria City, Jakarta Selatan, Kamis 30 Desember 2010.
Hanung mengaku film yang dibuatnya ini adalah kisah nyata kehidupan pribadinya. "Ini bukan film yang biasa. Ini film statement. Ingin bicara kondisi hubungan antar agama. Ada sisi pengalaman pribadi dan kehidupan pribadi saya yang pernah merasakan perayaan Natal dan Lebaran sekaligus," ujar Hanung.
Hanung mengakui bahwa film terbarunya ini masih belum memiliki judul. "Judul biar penonton yang membuatnya, saya serahkan saja, hanya lambang tanda tanya di situ," ujar Hanung
Lalu berapakah biaya yang ditelan film yang akan rilis April 2011 ini? "Bisa 5 miliar rupiah, tapi bisa lebih dengan melihat keadaan nanti. Itu baru biaya produksi awal. Tetap saya punya target bisa menyedot satu juta penonton," ujar suami Zaskia Mecca ini.
Film ke 14 Hanung Bramantyo ini didukung beberapa artis ternama seperti Reza Rahardian, Revalina S Temat, Eindhita, Agus Kuncoro, Hengky Sulaeman, Glenn Fredly, David Chalik dan Rio Dewanto.
Film yang mengambil lokasi syuting di Semarang ini menceritakan tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar Semanggi, di mana terdapat Masjid, Gereja, dan Klenteng, yang letaknya tidak berjauhan dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.
Hanung Bramantyo memang sarat dengan ide dalam pembuatan film bertema Religi. ‘siapa yang bisa memberi judul dalam film terbaru saya kali ini, akan mendapat konpensasi uang sebesar 100jt rupiah dan mencantumkan di credit title nama pemberi nama film garapan saya kali ini’,unkap Hanung pada jumpa pers beberapa waktu yang lalu.
Film-film yang dibuat Hanung Bramantyo telah banyak menarik perhatian masyarakat pecinta film di tanah air. Film terbaru yang digarapnya memuat suatu pesan dan penjelasan tentang sesuatu. Hanung jelaskan alasan pembuatan film terbarunya ‘?’. Salah satunya adalah karena dirinya memang ingin memberikan penjelasan bahwa agama Islam itu tidak seperti yang orang pikirkan.
Masih Pentingkah Kita Berbeda? Inilah tagline Film '?' (Tanda Tanya). Saat keberagaman dan toleransi yang harusnya terkait harmonis terusik oleh sebuah perbedaan prinsip dasar seorang manusia.
“Kita lihat selama ini kenapa justru seorang berbeda, lalu merasa tidak nyaman, kenapa baru terjadi sekarang ini. Kita sedang krisis sebenarnya. Saya sebagai islam, juga merasa risih karena yang jadi kambing hitam adalah Islam, dikatakan tidak toleran. Ini sikap saya sebagai islam. Saya ingin membuat film ini sejak terjadi intoleransi,” ujar Hanung saat jumpa pers film ? di restoran Radja Ketjil, Gandaria City Mall Jl.KH.M.Syafii Hadzami No.8, Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Kamis (31/3) siang.
Hanung memang mengaku risih dengan banyaknya peristiwa pemboman yang mengatasnamakan agama tertentu. Oleh sebab itu dirinya berkewajiban untuk meluruskan sesuatu yang salah selama ini. Hal itulah yang membuat dirinya membuat film ini.
“Peristiwa bom, bom bunuh, terorisme diri yang mengatasnamakan agama tertentu, buat saya sebagai islam, membuat saya risih, merasa difitnah. Belum tentu itu karena alasan Tuhan, bisa saja itu ada alasan tertentu. karena itu saya sebagai umat islam, berkewajbanlah untuk berstatement bahwa islam itu tidak seperti itu, tapi tidak seperti ini,” ujar suami Zaskia Adya Mecca itu.
Membuat film dengan tema sensitif seperti ini, tentu saja Hanung tak ingin main-main. Ia telah melakukan riset untuk mendukung keakuratan filmnya nanti dalam menyampaikan pesan.
“Tentu saja kami melakukan riset. Saya kembali lagi membuka Al-quran, saya baca lagi ayat itu satu persatu. Saya berdiskusi dengan teman-teman yang berbeda agama dengan saya, tentunya mereka yang memahami film sebagai bagian dari media ekspresi. Kalau mereka tidak memahami film sebagai media ekspresi, akan terjadi debat kusir. Kalau terjadi debat kusir, terjadi egositas, ego satu sama lain, saling menjatuhkan,” pungkasnya.
Dari tampilan gambar yang disajikan dalam trailernya yang ada di youtube beberapa hari yang lalu, film Tanda Tanya ini menampilkan sebuah gejolak besar dan rasa penasaran yang sangat besar. Baru gambar pembuka, kita sudah di suguhkan dengan tampilan yang sangat ber-bau Agamis, kemudian ditambah dengan kata-kata yang benar-benar membuat pendengar semakin penasaran.
Dalam trailernya itu ditampilkan beberapa tempat ibadah mulai dari gereja, masjid, dan kelenteng. Dari situ saja sudah bisa disimpulkan bahwa tema yang diangkat oleh Hanung terasa sangat berbahaya karena terasa akan mengundang kontrapersi nantinya. Dilanjutkan dengan sedikit konflik cerita yang masih samar-samar dalam trailer ini, konflik yang sudah pasti tentang sikap toleransi. Dari percakapan yang terekam, sepertinya akan ada pernikahan yang berujung perpisahan, akan ada seorang tokoh yang melakukan pindah agama dan ada juka konflik yang menggambarkan permasalahan keluarga yang sangat menghebohkan, terlihat dengan sangat jelas beberapa adegan kekerasan, adegan pertengkaran mulut dan derai air mata menyertai cerita dalam film ini.
Dan trailer ini di akhiri dengan suara yang berbunyi, “Apa itu Islam Pak Ustad?.” Sunggu sebuah tanda tanya yang membuat semua orang yang melihat trailer ini mengeluarkan tanda tanya yang sangat besar, seperti apa film ini nantinya.
Dalam cerita singkat yang dituliskan cerita dalam film ini dikatakan menggambarkan perbedaan-perbedaan yang mengarah pada tujuan yang sama, dengan pertanyaan akhir, “masih pentingkah kita berbeda?.”
Film '?' (Tanda Tanya) memang menyentuh isu yang sangat sensitif. Saat tema perbedaan keyakinan dan pandangan diangkat ke layar lebar. Namun kisah film ini memang diangkat berdasarkan sebuah kejadian nyata yang terjadi di Mojokerto Jawa Timur. Jika akhirnya sebuah kesadaran menemukan kesamaan pandangan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, maka konflik yang harusnya terjadi akan hilang dengan sendirinya.
Sebuah potret drama kehidupan di negara ini yang seharusnya bisa terselesaikan dengan indah jika sikap saling menghargai satu sama lain ada dalam diri kita. Sebuah sikap saling mengerti sangat dibutuhkan dalam memandang keragaman yang ada di Indonesia.
Film ini akan hadir di Bioskop-bioskop Indonesia mulai 7 April 2011. Sebuah visualisasi yang menarik menjadi tontonan dan sangat sayang dilewatkan. Untuk mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah negara yang kuat akan keragamannya. Untuk itu kita perlu kembali memaknai arti sebuah kata “TOLERANSI” agar dapat hidup berdampingan secara damai dan penuh kasih.
Menanggapi kritik terhadap film terbarunya, ?, sutradara Hanung Bramantyo mengaku sangat terbuka akan kritik yang dilayangkan ke filmnya tersebut. Justru, dengan hadirnya kritik, menurutnya ia akan semakin getol menyebarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika melalui film.
"Dari kecil saya dibesarkan di keluarga yang beragam. Tidak ada rasa takut untuk merayakan hari besar bergantian. Kini, menjadi berbeda. Sekarang menakutkan. Oleh karena itu, (melalui film ?) saya ingin mengajak ber-Bhinneka Tunggal Ika," kata Hanung, yang pada Kamis (7/4/2011) di Jakarta mengadakan jumpa pers mengenai pemutaran film ? serentak di gedung-gedung bioskop Indonesia.
Lebih lanjut, Hanung menegaskan bahwa filmnya itu merupakan ekspresinya tentang keragaman beragama.
"Film itu ekspresi. Manusia mengucapkan dengan intonasi yang berbeda-beda," ujarnya.
Karena film tersebut--yang merupakan tangkapan Hanung terhadap realitas perbedaan agama--disebarkan ke khalayak untuk ditonton, Hanung dengan terbuka mengharapkan tanggapan, termasuk kritik. "Makanya saya memberi kesempatan kepada masyarakat luas untuk memberikan makna," ucap suami artis peran Zaskia Adya Mecca ini.
Dijadwalkan, Hanung dan pihak-pihak yang mengurus film tersebut, Mahaka Production dan Dapur Film, akan mengadakan kegiatan bedah dan seminar film. "Seminar akan diadakan di Mojokerto (Jawa Timur) dan juga bedah film bersama masyarakat," terangnya.
Polemik film ? (Tanda Tanya) karya Hanung Bramantyo terus bergulir. Jumat (15/4/2011), massa Front Pembela Islam (FPI) bergerak menuju ke kantor harian Republika dan Lembaga Sensor Film untuk menyayangkan beredarnya film tersebut ke masyarakat luas.
Beberapa poin di dalam film, seperti penampilan murtadnya salah satu sosok dan adegan lainnya yang dianggap tidak sesuai dengan akidah Islam, menjadi penyebab pergerakan massa FPI tersebut.
"Sudahlah FPI, tidak usah memakai massa.... Lebih baik adakan konferensi pers. Malah untung, jadinya film akan semakin ramai dilihat," tanggap Yenni Wahid, Jumat (15/4/2011) malam, ketika dihubungi melalui telepon genggamnya.
Sebelumnya, Kompas menanyakan tanggapan Yenni terhadap aksi massa di dua lokasi tersebut. Putri (mendiang) Abdurrahman Wahid itu juga menekankan bahwa sudah selayaknya menyikapi perbedaan dengan cara yang baik, saling mengkritisi, bukannya melarang.
"Buat apa dilarang? Kalau begitu, semua film dengan adegan pembunuhan, misalnya, juga dilarang? Enggak kan? Masih banyak tugas sosial lain yang bisa diurusi," lanjut perempuan yang memiliki nama asli Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid ini.
Juga kembali ditekankan untuk melihat film-film ini tidak secara sepenggal-sepenggal, tetapi secara keseluruhan dan mengambil makna dari film itu. "Dalam mengambil makna, setiap orang pasti memiliki pendapatnya sendiri-sendiri. Mungkin inilah makna versi Hanung yang hendak diekspresikan Hanung dalam film ?. Ya memang seperti ini. Yang terpenting adalah tidak melarang orang untuk berekspresi, tetapi menyikapi ekspresi itu dengan memberi makna masing-masing," terang Yenni.
Film ini memang akan menuai kontroversi karena isunya sensitif. Namun, menutup terjadinya kontroversi dengan memaksakan suatu pemahaman jelas bukan jalan yang terbaik. "Coba lihat keseluruhan. Film ini ingin memberikan pesan, setiap orang mencari jalan Tuhan. Masing-masing ada jalannya sendiri. Satu hal, bersikap baik ke sesama manusia," begitu pesan yang ditangkap Yenni dari film Hanung itu beberapa saat lalu.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) ingin membuktikan keseriusan mengharamkan film ? (Tanda Tanya). Hari ini, MUI menggelar rapat khusus dengan memanggil produser film garapan sutradara Hanung Bramantyo itu.
"Biasanya kita rapat seminggu sekali. Tapi karena untuk membahas film ini kita bikin rapat khusus hari Kamis. Ini bukti kalau MUI serius membahas film ini. Nanti yang kita panggil Eric Tohir yang jadi produsernya," ungkap Ketua MUI Pusat Bidang Budaya, KH A Cholil Ridwan, saat ditemui di Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Rabu (13/4/2011) malam.
Hanung Bramantyo selaku sutradara, lanjut Cholil, tidak ikut dipanggil dalam pertemuan hari ini. Sebab, sebagai sutradara Hanung hanya mengikuti perintah dari produser dan donatur film.
"Nanti yang kita panggil produsernya saja. Karena kalau Hanung yang kita panggil, dia kan hanya sutradara dan berhak membuat gambar film seperti apa saja. Tapi harusnya dia (Hanung) juga lapor dulu dengan MUI untuk berdiskusi sebelum membuat film," urainya.
Cholil menuding film ? haram karena dianggap menyebarkan paham pluralisme agama yang pernah diharamkan MUI. Ulama yang pernah menuai kontroversi dengan mengharamkan hormat pada bendera ini juga meminta film yang diperankan Revalina S Temat itu ditarik dari peredaran karena dianggap menyesatkan.
Indikasi faham pluralisme dijelaskan Cholil, terlihat pada narasi di bagian awal, "Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama: mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan."
Dengan pandangan seperti itu, pihak pembuat film dianggap Cholil memposisikan diri sebagai seorang non Muslim penganut paham netral agama karena semua agama dipandang sebagai jalan yang sah menuju Tuhan yang sama. Konsep netral agama tak mengenal konsep Tauhid dan Syirik, atau Mukmin dan kafir sehingga bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Sinopsis Film ?
Bercerita mengenai konflik keluarga yang memiliki latar belakang berbeda di dalam satu kampung yang yang dikelilingi mesjid, gereja dan klenteng sebaga ornament indah dalam bermasyarakat. Saat hubungan keluarga dan pertemanan berpadu dalam sebuah perbedaan pandangan, suku, agama dan status sosial.
Keluarga Tan Kat Sun (Hengky Sulaiman) memiliki sebuah restoran masakan Cina yang tidak halal. Namun sang pemilik restoran terkenal sangat toleran dengan para pekerjanya yang kebanyakan dari kalangan muslim. Bahkan ia memisahkan seluruh alat masaknya untuk masakan yang halal dan tidak halal.
Di tempat lain Soleh (Reza Rahadian) memiliki seorang istri yang cantik dan taat bernama Menuk (Revalina S Temat) yang bekerja di restoran milik Tan Kat Sun. Soleh adalah seorang suami dan bapak tanpa pekerjaan yang sedang berusaha keras agar menjadi kepala keluarga yang bertangung jawab.
Sedangkan Rika (Endhita) seorang janda beranak satu yang harus dikucilkan keluarganya karena berpindah agama menjalin hubungan dengan Surya (Agus Kuncoro) seorang pemuda tanpa pekerjaan tetap.
Sumber:
http://kompas.com
http://yahoo.com/news
http://vivanews.com
http:movie.detikhot.com