. . . Perjalanan ini...akan mengajari kita untuk belajar mengerti bahwa semua kisah, semua hal, semua peristiwa, air mata, canda, tawa, dan sebuah senyuman... menyimpan pesan yang tak selalu sama... dan tugas kita tak lebih hanyalah belajar untuk bisa memahaminya . . .

Sepenggal catatan hati

Search ?

Apresiasi Lintas Budaya Etnis Tionghoa untuk Ibu

Jakarta, NU Online
Hari ibu, 22 Desember 2010 diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia dengan berbagai apresiasinya. Etnis Tionghoa yang tergabung dalam INTI (Perhimpunan Tionghoa Indonesia) menggelar wayang kulit untuk memperingati hari ibu.

Secara khusus, lakon yang ditampilkan adalah kebajikan dari Dewi Kunti, ibunda Pandawa, dalam mengasuh anak-anaknya sampai mereka besar dan mampu menghadapi tantangan hidup yang berat, termasuk bagaimana upaya mendamaikan anak-anaknya, antara Pandawa dan Karna, yang memihak Kurawa dalam perang Batharayudha.

Tak seperti pertunjukan wayang pada umumnya yang berlangsung sampai pagi, acara yang digelar di sebuah rumah makan di kawasan kota tua Jakarta ini berlangsung sekitar dua jam, antara pukul 19.00-21.00, Rabu malam.

Dalang yang tampil juga dalang Tionghoa, Tee Thian Hauw dari Muntilan Jawa Tengah, sedikit dari dalang Tionghoa yang secara total mengabdikan dirinya untuk menjaga tradisi wayang. 

Martinus Johan, ketua panitia acara menjelaskan, acara tersebut dengan sengaja mengambil tema silang budaya yang menggambarkan penggabungan berbagai tradisi yang telah menyatu dalam etnis Tionghoa di Indonesia.

Nuansa akulturasi budaya dalam petunjukan tersebut sangat kental, lagu-lagu berbahasa mandarin dinyanyikan, yang menunjukkan kelekatan terhadap tradisi asal etnis Tionghoa. Dari pakaian yang dikenakan, sebagian besar pria memakai baju batik, yang telah menjadi identitas nasional sementara pertunjukan wayang yang digelar dalam bahasa Jawa menunjukkan upaya menjaga warisan adiluhung Indonesia. 

NU Online juga mengamati adanya wanita Tionghoa yang berjilbab yang hadir dalam acara tersebut, yang menggambarkan adanya keragaman agama dari mereka. 

Perayaan hari ibu tersebut sekaligus memperingati Tang Che atau perayaan Onde, yang jatuh setiap tanggal 22 Desember. Di Masyarakat Tiongkok, tanggal tersebut merupakan hari yang paling dingin sehingga dihidangkan ronde, yang terbuat dari ketan dan jahe untuk menghangatkan badan. Bentuk bulat ronde sebagai lambing kebulatan hati dalam menghadapi kerasnya hidup di musim dingin. (mkf)

diambil dari http://www.nu.or.id/

0 komentar:

Posting Komentar