. . . Perjalanan ini...akan mengajari kita untuk belajar mengerti bahwa semua kisah, semua hal, semua peristiwa, air mata, canda, tawa, dan sebuah senyuman... menyimpan pesan yang tak selalu sama... dan tugas kita tak lebih hanyalah belajar untuk bisa memahaminya . . .

Sepenggal catatan hati

Search ?

PERAN DAN TANTANGANPEMUDA DALAM MEMBANGUN JATIDIRI BANGSA

1.     Pengantar
 Sejarah NegaraKesatuan Republik Indonesa telah membuktikan bahwa pemuda adalahtokoh utama dalam menuuntukan jalan sejarah. Sumpah pemuda yangdideklarasikan pada 28 Oktober 1928 di Jakarta merupakan bukti nyatadari peran pemuda dalam menyusun cikal bakal berdirinya republik yangkita cintai ini. Selanjutnya pemuda jugalah yang mendesekSukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.Bila melihat lebih jauh kebelakang sejarah Aceh menunjukkan bahwaIskandar Muda telah menjadi raja di kerajaan yang berdaulat, AcehDarussalam pada usia yang relative sangat muda, kurang lebih 23tahan.
Dalam hal ini sangat perlu bagi generasi mudaIndonesia untuk  menjadikan sejarah sebagai refleksi gunamemupuk semangat dalam rangka pengambilan peran dalam membentukkarakter bangsa yang berdaulat.
Jati diri bangsa Indonesia adalah Pancasila dan UUD’45 dimana di dalamnya memuat segala aspek dalam upaya menumbuhkansikap toleransi, gotong-royong dan tenggang rasa sebagai modalmenciptakan masyatakat yang damai dan harmonis. Kebudayaan memangbersifat statis, namun berpegang teguh pada kedua prinsip di atasdapat menjadikan bangsa Indonesia sebagai bang sa yang tangguh dalamsegala situasi dan kondisi. Pemuda sebagai generasi penerus bangsaharus benar-benar berpegang teguh pada prinsip Pancasila dan UUD ’45.generasi muda harus terus menghayati semangat Sumpah Pemuda sebagaimodal pembinaan jati diri bangsa dan Negara.
Dala hal ini  Negara melalui Garis Beser HaluanNegara (GBHN) telah menggariska tujuan pembinaan generasi mudasebagaimana dikutip Prof. Djamaluddin Ancok (Ancok, 2004:39-40)sebagai berikut:

“Pembinaandan pengembangan generasi muda bertujuan untuk mengembangkan kaderpenerus bangsa dan pembangunan nasional dan pancasilais dandilaksanakan melalui usaha-usaha meningkatkan ketakwaan kepada TuhanYang Maha Esa; menanam dan menumbuhan kesadaran berbangsa danbernegara; mempertebal idealisme, semagat patriotisme dan harga diri;memperkokoh kepribadian dan disiplin; mempertinggi budi pekerti;memupuk kesadaran jasmani dan daya kreasi; mengembangkankepemimpinan, ilmu, ketrampilan dan kepeloporan serta mendorongpertisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalampelaksanaan pembangunan nasional”
 2.     Tantangan

2.1. Tantagan Ekonomi
 Pemberontakanyang terjadi di setiap Negara hampir seluruhnya didasarkan padakesenjangan ekonomi. Pemberontakan yang tejadi di setiap Negaramenunjukkan suatu Negara tidak memiliki jati diri yang mantap.
Kolonialtidak meninggalkan Negara-negara jajahan mereka dengan cara cucikaki. Pada setiap negara jajahan, mereka telah  menanam ideologitertentu dimana meski secara fisik mereka telah meninggalkan Negarajajahan mereka, namun pada hakikatnya mereka masih menjajah Negaratersebut. Jadikan Jepang sebagai contoh. Dulu ketika Jepang menjajahIndonesia, mereka mengambil setengan dari hasil bumi masyarakat.Kalau panen padi sejumlah 100 kg, mereka menyita 50 kg. Kenapa tidakmereka mengambil semua? Karena kalau mereka mengambil seluruhnyamasyarakat akan mati kelaparan. Kalau masyarakat mati, maka tidak adalagi yang memanen apapun untuk kali selanjutnya. Kalau tidak ada yangmemanen maka Jepang tidak dapat memungut apapun. Penjajahan era modermemiliki model yang agak berbeda. Mayoritas masyarakat membayarsetengah dari gaji dan hasil usaha mereka untuk cicilan kendaraan danalat elektonik yang hampir seluruhnya produksi Jepang.
Sebuahbarang dijual dengan harga Rp.500,-. Di sana terdapat 7 orang yangmasing-masing mengantongi Rp.100,-. Maka dipastikan tidak seorangpunyang mampu membeli barang tersebut. Untuk agar barang tersebut dapatterjual adalah mengatur dengan cara bagaimanapun agar salah seorangdiantara tujuh orang tersebut mengantongi Rp.500,- dan sisa Rp.200,-dibagi rata untuk 6 orang lainnya. Demikian cara Negara majumengontrol kondisi ekonomi rakyat di Negara berkembang agarproduk-produk barang mewah dan paket wisata eksklusif yang merekatawarkan mempu dikonsumsi.  Dengan demikian para pejabat danpengusaha Indonesia dapat berbelanja perabotan rumahtangga di Belandadan artis Bollywood dapat menginap dihotel paling mewah di Inggrissampai berbula-bulan. Sementara itu, hutang Negara berkembang padaBank Dunia semakin membengkak.
Pemerintahadalah kunci utama dalam melepaskan bangsa ini dari perangkapkolonialisme modern. Pemerintah jangan seperti orang yangmenghidupkan kipas angin lalu kemudian berselumut. Gali lubang tutuplobang. Pendapatan dari pajak bea cukai minuman keras tidak cukupuntuk membayar gaji polisi dan jaksa dalam mengurus aksi kriminalitasakibat pengaruh minuman haram itu. Pendapatan pajak dari penerbit“buku-buku jihad” tidak cukup untuk menggaji Densus 88 antiterror.
Karenaitu dibutuhkan proteksi yang menyeluruh oleh pemerintah dalam upayapembentukan generasi muda potensial dalam upaya menemukan jati diribangsa yang utuh. Kalau rezim pemerintah saat ini tidak mampumengatasi persoalan bangsa yang amat rumit ini, dibutuhkan itikadbaik pemerintah dalam membentuk generasi muda penerus bangsa yanglebih baik. Dalam hal ini penerapan GBHN tentang pembinaan generasimuda harus diimplementasikan secara serius dan menyeluruh.
Selanjutnyakita sebagai generasi muda punya tugas dan tanggungjawab yang luarbiasa besar dimana kita harus mampu mempersiapkan diri menjadigenerasi pendobrak menuju Indonesia sebagai Negara maju 2030. Lebihdaripada itu Indonesia harus menjadi penguasa dunia di akhir abadXXI. Optimisme ini perlu kita tanamkan pada setiap diri genesari mudamengingat sejarah telah membuktikan bahwa keruntuhan negara-negaratermashur di dunia disebabkan optimisme dan semangat bangsa-bangsatertinggal. Jangan lupa Romawi dan Persia ditundukkan oleh bangsaArab yang saat itu dikenal sebagai bagsa paling terbelakang di bawahkolong langit. Siapa sangka kejayaan Baghdad takluk di bawahtangan-tangan bangsa Babar dan Tatar.

2.2. Tantangan Agama
            Banyak kalangan umat Islam diIndonesia memiliki pikiran negatif terhadap dasar negara kita,Pancasila dan UUD ’45. Bahkan yang lebih membahayakan lagi adalahdoktin sesat dikalangan aktivis gerakan Islam yang menyamakan garudaPancasila sebagai berhala yang patut dihancurkan untuk menegakkankejayaan Islam. Pikiran-pikiran sesat demikan adalah produk doktrinagama (baca: Islam) yang dangkal. Umat Islam lupa bahwa tujuandaripada agama adalah menciptakan masyarakat yang  rukun, adildan damai. “Kamu(umat Islam) adalahumat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karenakamu) menuruh(berbuat) yangma’ruf dan mrncegah dari yang mungkar…’pesan surah Ali Imran:110.
           Kalau kita mencermati, kelimabutir dari Pancasila bersesuaian dengan perintah-perintah Al-Qur’an.Sila pertama besesuaian dengan surah Al-Ikhlas:1; sila kedua sejalandengan surah An-Nisa’:57; sila ketiga bersesuaian dengan surah AliIran: 103; sila keempat sejalan dengan perintan surah An-Nisa’:59dan; sila kelima sejalan dengan surat Al Hujurat:13. “Negara adalahdinama antara kau dan aku saling bersepakat, bukan aku memaksakankehandakku untuk kamu dan tidak pula sebagai tempat engkau memaksakankehandakmu padaku” kurang lebih Kahlil Gibran. Inti pendiriansebuah Negara adalah untuk saling mengenal dan saling menghargai demiterciptanya sebuah keharmonisan.

           Generasi muda harus mampumemahimi bahwa agama bukanlah Negara dan Negara bukanlah agama. CakNur telah mengajarkan pada kita untuk jeli membedakan mana urusandunia (baca: negara) dan urusan akhirat (baca: agama). Namun perludigarisbawahi bahwa Islam tidak mengenal dikotomi antara urusan duniadan urusan akhirat. Yang penting dalam Islam adalah tujuan (baca:niat) dari setiap individu. Sir. Muhammad Iqbal (Iqbal: 1966;166)menjelaskan “Dalam Islam pengertian jasmani dan rohani bukanlahkutub yang berlain-lainan, dan dua sifat perbuatan, betapapun diabersifat duniawi dalam pengartiannya, yang menentukan adalah maksudseorang melakukan perbuatan itu”. Nabi Saw. Dalam hadits riwayatMuslim Nabi Saw. bersabda “Apabilamengenai urusan agama serahkan padaku. Tetapi mengenai urusan duniawikamu lebih mengetahii akan urusannaya”.

           Aksi terorisme yang terjadi diIndonesia adalah karena pahan keagamaan yang sempit dari para pelakuteror. Mereka memaksakan pelaksanaan agama atas masyarakat kolektif(baca: negara). Ini adalah hal mustihil dan kontras dengan jiwaAl-Quran yang menyatakan “tidak ada paksaan dalam agama”. AhmedAn Na’im menjelaskan bahwa syari’ah sebagai suatu yang suci dariAllah tidak boleh terkontaminasi oleh tangan negara.

Penggalanisi GBHN dalam membina generasi muda mengisyarakan bahwa agamamemiliki peran penting dalam membentuk jati diri pemuda yangpancasilais “…mengembangkan kader penerus bangsa dan pembangunannasional dan pancasilais dan dilaksanakan melaluiusaha usahameningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;…”.Maksudnya pengajaran Islam yang benar pada generasi muda dengansendirinya melahirkan generasi bangsa yang memiliki “semagatpatriotisme dan harga diri; memperkokoh kepribadian dan disiplin;mempertinggi budi pekerti; memupuk kesadaran jasmani dan daya kreasi;mengembangkan kepemimpinan, ilmu, ketrampilan dan kepeloporan sertamendorong pertisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dandalam pelaksanaan pembangunan nasional”

           Selanjutnya generasi mudabersama-sama harus menjadikan paham-paham yang memperburuk citrabangsa yang mengatasnamakan agama.sebagai musuh bersama dan harusdibabat habis. Genarasi muda harus mempelarari agama secara mendalamdan menyeluruh agar tidak menjadi orang yang menjual agama ataskepentingan-kepentingan kolompok-kelompok tertentu. Agama harusmenjadi dasar berpijak dalam melangkah menuju generasi muda yangmampu membentuk jati diri bangsa cinta damai.

2.3Tantangan Globalisasi
            Kita boleh mengatakan sedangberada di Banda Aceh dan berada pada waktu sekarang ini dan hari ini.Itu benar dari segi fisik. Namun sebanarnya kita sedang berada dibawah kolong yang sangat sempit bernama langit. Era informasi dandigital abad XXI telah mempraktikkan apa yang dahulu dianggapmustahil dan konyol. Tantangan yang dihadapi pemuda dalam hal inibukanlah mengenai kemampuan  mereka mengaksesfasilitas-fasilitas komunikasi-informasi. Namun yang menjadipersoalan amat besar adalah ketidak mempuan pemuda dalam memenfaatkanfasilitas-fasilitas tersebut kea rah yang poseitif dan edukatif.fasilitas-fasilitas komunikasi-informasi adalah dajjal yangkahadirannya samasekali sulit dicegah. Satu-satunya jalan keluarmengatasi persoalan ini adalah kesadaran generasi muda akan efekpositif dan negative yang ditawarkan.
           Ada beberapa penyakitglobalisasi yang secara umum telah menjangkit generasi muda kita diungkapkan Al-Qarni (Al-Qarni:2007:31-40) beberapa diantaranya: gilamode; terpengaruh iklan; kecanduan narkoba; keranjingan tayangantelevisi dan video; hobi berteriak dan; saling mencela dan menjadisupporter fanatik. Pemuda telah meninggalkan gaya hidup ketimuranyang penuh dengan prinsip mencintai kebudayaan sendiri.Sahabat-sahabat generasi muda masa kini harus insaf dan sadar bahwa kita adalah calon penerus bangsa. Ditangan kita masa depanbangsa bergantung. Karena itu menfaatkan fasilitas teknologikomunikasi dan informasi sebaik mungkin sebagai sarana pengembanganskill dan mental kita dalam rangka menyongsong masa depan bangsa yanglebih cerah. “Jangan harapkan bangsa lain yang  akan datangmenyelamatkan bangsa ini, melainkan bangsa ini sendirilah yang harusberusaha menyelamatkan bangsanya sendiri” demikian kurang lebihungkapan Surya Paloh.

3.      Peluang
 3.1 PotensiSumberdaya Alam
 Indonesia sebagainegara agraris yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang melimpahhendaknya tidak terpengaruhi oleh standar-standar kesuksesan yangdibuat negara-negara yang  memiliki potensi yang berbeda dengankita. Sebagai contoh, boleh saja Jepang mengakui diri unggul dibidang teknologi, sebab kalaupun mereka mau unggul di bidangpertanian itu adalah hal yang hampir mustahil sebab potensi alam yangdimiliki tanah air Jepang berbeda dengan kita.  Doktrin-daoktinpenyeragaman standarisasi keunggulan dan keberhasilan adalah sebuahpenyakit yang telah membunuh banyak potensi. Sekarang ini Negara yangdiakui maju adalah yang berhasil meningkatkan produsi teknologiterbanyak.
Keterlenaan dalam standar menyesatkan itu telahmemaksa banyak petani menjual sawah mereka untuk berusaha mati-matianmenyekolahkan anak sampai memperoleh title setinggi-tingginya. Merekalupa bahwa banyak sarjana yang telah puluhan tahun kuliah namun masihtetap saja menganggur. Mereka lupa bahwa sekarang hanya butuh waktutiga bulan hasil panen telah dapat mereka nikmati.
Ironisnya  minat generasi muda semakin lamasemakin menurun dalam memilih jurusan yang berkaitan denganpertanian  di perguruan Tinggi (PT). Ini mencerminkan generasimuda kita tidak memiliki prinsip dan komitmen. Ketika gaji gurudinaikakan, mereka masuk FKIP, ketika terjadi bencana di sutu daerahberbondong-bondong  masuk Fakultas kedokteeran dan FakultasTehnik. Ini tidak ubahnya dengan pribahasa Aceh “Meunan trohkapai baro pula lada”. Pribahasa ini ditujukan pada masyarakatyang pendek penalarannya.
Kita sebagai generasi muda harus peka dalammenganalisa potensi kepribadian dan lingkungan yang kita miliki.Untuk menghidupkan kesadaran ini kita harus kritis terhadappropaganda yang datang dari luar dan peka terhadap lingkungansekitar.  Insya Allah bila kita mampu meningkatkan produktifitaspertanian, maka mustahil bagi kita untuk menjadi bangsa yangteringgal. Jangan sampai Negara agraris mengimpor beras. “Celakalahsuatu bangsa yang memakan tidak dari apa yang dia tanam” KataKahlil Gibran.

3.2. Potensi Pluralitas
 “Bhinneka TunggalIka” kalimat yang digenggam kuat oleh burung garuda harus meresapkuat dalam dada setiap generasi muda Indonesia. Meski terdiri dariberagam suku dan  ratusan bahasa daerah namun rantai “PersatuanIndonesia” telah membuang sifat keakuan pada setiap diri generasimuda hingga timbullah kesadaran “aku Indonesia” yang utuh.
Semangat “aku Indonesia” ini harus menjadi modalbegi setiap diri pemuda agar optimis menatap masa depan Indonesiayang lebih cerah. Selama ini’ kita merasa malu di hadapan duniainternasional akan kedirian kita sebagai orang Indonesia. Seharusyakita menjadi bangsa yang paling bangga diatas semua bangsa lain didunia. Tidak ada negara yang dihuni oleh beragam suku dan agamamelebihi Indonesia. Namun dalam pluralitas yang luar biasa ini kitamampu hidup rukun dan damai. India yang hanya di huni masyarakatHindu dan Islam hamper setiap hari menumpahkan darah atas nama agama.Di Irak selalu terjadi pertikaian antara sunni dan syiah. Di Eropadan Amerika rasisme telah mendarah daging.
 3.3. Potensi Kuantitas
            Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah pendudukterbanyak di dunia. Bila kita kreatif maka keunggulan di bidangkuantitas akan menjadi peluang yang sangat menyuntungkan kita semua.Cina dengan jumlah penduduk mancapai angka satu milyar mampu menjadinegara yang pertumbuhan ekonominya paling pesat. Kunci kesuksesanCina adalah karena mereka memilimalisir impor produk-produk darinegara lain. Apa saja kebutuhan rakyatnya diproduksi sendiri. Setelahkebutuhan dalam negri terpenuhi mereka mulai merambah pasarinternasional memjajakan produk-produk mereka. Barang-barang produksiCina laris di pasaran sebab harga yang ditawarkan lebih murah.Unggulnya Cina dalam persaingan harga bukan karena kualitas produkmereka rendah melainkan karena upah buruh di sana sangat minim.Minimnya pendapatan rakyat Cina tidak menjadi masalah sebab keburuhanrakyat Cina sangat sedikit.
           Nabi Saw. berpesan agar kita menuntut ilmu ke Cina. Konteknya adalahkita harus belajar dari bangsa Cina bagaimana tetap kokoh di tengahkrisis global yang melanda dunia. Bila negara kita ingin maju makakita harus mampu memproduksi sendiri kebutuhan bangsa kita, tidakmengimpor dari luar negri.  Kita punya sumber daya alam yangmelimpah, kita punya kuantitas yang membludak, tapi kita harus hijrahke negri orang untuk mencari pekerjaan. Kita punya pohon karet. Karetdiekspor ke luar negri, rakyat keluar untuk bekerja di pabrik ban diluar negri lalu kita membeli ban dengan harga yang mahal. Alasanketidakmungkinan di Indonesia mendirikan banyak pabrik hanyalahmitos. Persoalan kita yang sebernarnya terletak pada minimnyasumberdaya manusia yang potensial dalam mengelola sumberdaya alamkita sendiri.  Kalaupun kita punya manusia yang berkualitas makakondisi politik tidak memunkinkan mereka mengelola SDA sendiri.Bukankah sangat banyak putra-putri Indonesia yang cerdas terusir darinegrinya sendiri dan baru mampu mengembangkan potensinya di negriorang.
           Jadi persoalan utamanya terletak pada elit penguasa. Pemerintah kitatelah mengikat perjanjian-perjanjian dengan negara-negara maju dimana selalu merugikan kita dan menguntungkan negara maju. Elit kitalebih senang memakan pajak karena itu menguntungkan pribadi mereka.Sejalan dengan itu SDA kita semakin terkuras, SDM teabaikan danrakyat terus-menerus dalam kesengsaraan.
           Dalam pertemuan yang singkat ini saya mengejak para pemuda untukmembuang jauh-jauh prinsip mementingkan diri sendiri dan mengabaikanorang-orang di sekitar kita. Hidup ini bukan kualifikasi piala duniadimana kita akan mampu berkompetisi di pentas akbar setelahmenundukkan tetangga-tetangga kita. Hal ini tidak diajarkan olehideolodi manapun selain kapitalisme dan materialisme.
           Jati diri bangsa kita adalah budaya santun, ramah, disiplin dangotong-royong. Inilah yang harus kita tanamkan pada setiap dirigenerasi muda agar terciptanya Indonesia yang berdaulat danbermartabat.
Mari kita jadikan momen peringatan sumpah pemudake-81 ini sebagai awal pembentukan semangat baru dalam diri kitauntuk terciptanya generasi mendatang yang lebih cemerlang. 

Daftar Bacaan:
Al- Qarni, Aidh, Jadilah Pemuda Kahfi, Solo: Aqwam, 2007
Al-Qur’an danTerjemahannaya, Syaamil, Bandung
Ancok,Djamaluddin, Psikologi Terapan, Yogyakarta: Darussalam, 2004
Iqbal, Sir Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agamadalam Islam  Jakarta: Tintamas, 1966
Madjid, Nurchalis, IslamKemoderenan dan Keindonesiaan Bandung: Mizan, 2008

0 komentar:

Posting Komentar

Archive